Senin, 06 April 2015

PAPER... Penerapan tahap siklus hidup Air terjun (Waterfall)

Penerapan tahap siklus hidup Air terjun  (Waterfall)

MODEL WATERFALL
Merupakan model pengembangan system yang paling mudah dan paling sering digunakan. Model pengembangan ini bersifat linear dari tahap awal pengembangan system yaitu tahap perencanaan sampai tahap akhir pengembangan system yaitu tahap pemeliharaan. Tahapan berikutnya tidak akan dilaksanakan sebelum tahapan sebelumnya selesai dilaksanakan dan tidak bisa kembali atau mengulang ke tahap sebelumnya.


Tahap-tahap yang dilakukan pada model Waterfall ini digambarkan pada gambar berikut ini : 


Kelebihan Model Waterfall :
·         Merupakan model pengembangan paling handal dan paling lama digunakan.
·         Cocok untuk system software berskala besar.
·         Cocok untuk system software yang bersifat generic.
·         Mudah dimengerti, mudah digunakan,
·         Requirement dari sistem bersifat stabil,
·         Baik dalam manajemen kontrol,
·         Bekerja dengan baik ketika kualitas lebih diutamakan dibandingkan dengan biaya dan jadwal (deadline).
·         Pengerjaan project system akan terjadwal dengan baik dan mudah dikontrol.
·         Proses pengidentifikasian sistem memerlukan waktu yang lama sebelum fase programming dimulai.
·         Meminimalisasi pengubahan sistem pada saat proses pengembangan perangkat lunak

Kekurangan Model Waterfall :
·         Persyaratan system harus digambarkan dengan jelas.
·         Rincian proses harus benar-benar jelas dan tidak boleh berubah-ubah.
·         Sulit untuk mengadaptasi jika terjadi perubahan spesifikasi pada suatu tahapan pengembangan.
·         Semua  kebutuhan  sistem  harus  diketahui  terlebih dahulu,
·         Penenyahan  dari  setiap  fase  ke  fase  lainnya  dapat dikatakan statis (tidak fleksible)
·          Dapat memberikan kesan palsu dari progresnya.
·         Tidak menunjukkan menunjukkan prinsif ”ProblemSolving”  dalam  Pengembangan  Perangkat  Lunak dikarenakan fase yang harus berurut.
·          Integrasi sekaligus di akhir sistem.
·         Customer hanya memiliki sedikit kesempatan untuk melihat dan mereview sistem (yakni di akhir project).
·         Resiko sangat tinggi, karena testing hanya dilakukan pada  setiap  akhir  fase,  bahkan  tidak  jarang  testing hanya dilakukan di akhir-akhir project.
·         Membutuhkan waktu yang cukup lama (walaupun projectnya tidak terlalu besar).
·         Perubahan  requirement  dapat  merubah  keseluruhan proses yang telah dilaksanakan.
·         Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal-hal seperti ini yang dapat membuang waktu pengerjaan SE.
·         Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama, artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama pengerjaannya.
·         Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-masing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model proses ini dibutuhkan seseorang yang multi-skilled, sehingga minimal dapat membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya.
·         Fase perencanaan / design harus dilakukan pada paper yang khusus sebelum fase programming dimulai
·         Terjadi selisih waktu yang cukup lama antara pengajuan sistem dan pembaharuan sistem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar